10.12.08

Pemahaman Mahabah

0 comments

Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki darjat/level yang tinggi. 


"(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54). 

Dalam tasawuf, setelah diraihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain-lain nantinya akan berakhir pada mahabatullah (cinta kepada Allah).

Menurut Sang Hujjatul Islam ini perkataan mahabbah berasal dari kata hubb yang sebenarnya mempunyai asal kata habb yang mengandungi erti biji atau inti. Sebahagian sufi mengatakan bahawa hubb adalah awal sekaligus akhir dari sebuah perjalanan keberagamaan kita. Kadang kadang kita berbeza dalam menjalankan syariat kerana mazhab/aliran. Cinta kepada Allah -yang merupakan inti ajaran tasawuf- adalah kekuatan yang mampu menyatukan perbezaan-perbezaan itu.

Bayazid Bustami sering mengatakan: "Cinta adalah melepaskan apa yang dimiliki seseorang kepada Kekasih (Allah) meskipun ia besar; dan menganggap besar apa yang diperoleh kekasih, meskipun itu sedikit." Kata-kata arif dari sufi pencetus doktrin fana' ini dapat kita artikan bahwa ciri-ciri seorang yang mencintai Allah pertama adalah rela berkorban sebesar apapun demi kekasih. Cinta memang sama dengan pengorbanan, bahkan dengan mengorbankan jiwa dan raga sekalipun. Hal ini sudah di buktikan oleh Nabi Muhammad Saw., waktu ditawari kedudukan mulia oleh pemuka Quraisy asalkan mahu berhenti berdakwah. Dengan semangat cintanya yang menyala-nyala pada Allah Swt., Rasulullah mengatakan kepada pakciknya: "Wahai pakcikku, demi Allah seandainya matahari mereka letakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku berhenti meninggalkan tugasku ini, maka aku tidak mungkin meninggalkannya sampai agama Allah menang atau aku yang binasa". Ciri kedua dari pecinta adalah selalu bersyukur dan menerima terhadap apa- apa yang diberikan Allah. Bahkan ia akan selalu reda terhadap Allah walaupun cubaan berat menimpanya.

Jiwa para pecinta rindu untuk berjumpa dan memandang wajah Allah yang Maha Agung..

 "Orang orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka "'(QS. 2: 46).

 Tentang kerinduan para pecinta terhadap Allah Swt., sufi besar Jalaluddin Rumi menggambarkan dalam matsnawi sebagai kerinduan manusia pada pengalaman mistikal primordial di hari "alastu" sebagai kerinduan seruling untuk bersatu kembali pada rumpun bambu yang merupakan asal muasal ia tercipta. Hidup di dunia merupakan perpisahan yang sangat pilu bagi para pecinta, mereka rindu sekali kepada Rabbnya seperti seseorang yang merindukan kampung halamannya sendiri, yang merupakan asal-usulnya. Jiwa para pecinta selalu dipenuhi keinginan untuk melihat Allah Swt. dan itu merupakan cita-cita hidupnya. Menurut Al-Ghazali makhluk yang paling bahagia di akhirat adalah yang paling kuat kecintaannya kepada Allah Swt. 

Menurutnya, ar-ru'yah (melihat Allah).merupakan puncak kebaikan dan kesenangan. Bahkan kenikmatan surga tidak ada ertinya dengan kenikmatan kenikmatan perjumpaan dengan Allah Swt. Meminta surga tanpa mengharap perjumpaan dengan-Nya merupakan tindakan "bodoh" dalam terminologi sufi dan mukmin pecinta.

"Solat adalah mi'rajnya orang beriman" begitulah bunyi sabda Nabi Saw. untuk menisbatkan kualiti solat bagi para pecinta. Solat merupakan puncak pengalaman rohani di mana roh para pecinta akan naik ke sidratul muntaha, tempat tertinggi di mana Rasulullah di undang langsung untuk bertemu dengan-Nya. Seorang Aqwiya (orang-orang yang kuat kecintaannya pada Tuhan) akan menjalankan solat sebagai medium untuk melepaskan rindu mereka kepada Rabbnya, sehingga mereka senang sekali menjalankannya dan menanti-nanti saat solat untuk waktu berikutnya, bukannya sebagai tugas atau kewajiban yang sifatnya memaksa. 

Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata: "Ada hamba yang beribadah kepada Allah kerana ingin mendapatkan imbalan, itu ibadahnya kaum pedagang. Ada hamba yang beribadah kerana takut siksaan, itu ibadahnya budak, dan ada sekelompok hamba yang beribadah kerana cinta kepada Allah Swt, itulah ibadahnya orang mukmin". Seorang pecinta akan berhias wangi dan rapi dalam solatnya, melebihi saat pertemuan dengan orang yang paling ia sukai sekalipun. Bahkan mereka kerap kali menangis dalam solatnya. Kucuran air mata para pecinta itu merupakan bentuk ungkapan kerinduan dan kebahagiaan saat berjumpa dengan-Nya dalam solatnya.

Mencintai Allah Swt. mampu dipelajari lewat tanda-tanda-Nya yang tersebar di seluruh ufuk alam semesta. Pada saat yang sama, pemahaman dan kecintaan kepada Allah ini kita manifestasikan ke bentuk yang lebih nyata dengan amal soleh dan akhlakul karimah yang berorientasi dalam segenap aspek kehidupan.

21.11.08

Cinta yang Tulus ialah keimanan yang sejati

0 comments

Cinta hamba kepada Allah merupakan hal yang bisa mengangkatnya ke maqam dan darjat yang tinggi, sempurna, dan suci. Kedudukan yang tinggi ini menuntut seorang hamba untuk berkorban demi kekasihnya, sebagaimana yang berlaku pada setiap orang yang bercinta. Seorang pecinta harus rela mencintai objek cintanya dengan sepenuh hati dan fikiran. Ia harus sanggup berkorban demi yang dicintai dengan penuh suka cita. Ia juga harus berlapang dada dan rela atas segala yang kurang berkenan dirasakan daripada kekasihnya, juga harus sabar atas segala ujian yang menimpanya kerana cinta itu.

Mengapa demikian, kerana cinta, sebagaimana yang lazimnya terjalin antara sesama manusia, merupakan sebuah jalinan di luar pengetahuan. Ia merupakan kecenderungan dan emosi yang berada di atas kehendak dan keinginan.

Setiap diri kita mampu saja mengenal dan tidak ada masalah dengan seseorang itu atau mengetahui dan senang dengan suatu benda, akan tetapi itu saja tidak cukup untuk mentafsirkan perasaan kita itu sebagai cinta. Perasaan cinta lebih dalam pengaruhnya daripada itu. Ia lebih mendalam dan meruntun jiwa. Bahkan cinta sejati adalah yang tidak memberikan ruang kosong dalam hati., tidak memberi jalan sedikitpun dalam jiwa bagi yang lain selain kekasih.

Jika telah sampai pada tingkat demikian, maka cinta kepada Allah itulah keimanan yang hakiki. Keimanan yang hakiki bukanlah sekadar pengetahuan dan ketundukan jiwa. Dengan kata lain, iman yang sebenar adalah imannya seorang pencinta yang berghairah kepada Allah, yang bahkan mampu memabukkan dan melupakan diri sendiri. Cinta; pengaruhnya dapat dilihat pada seluruh kata-kata, tindakan dan sikap.

Seorang mukmin yang hakiki adalah orang yang memahami keindahan dan keagungan Allah, mengetahui kasih sayang dan kebaikan Allah. Di samping itu, ia meyakini sepenuhnya bahawa Allahlah satu-satunya pemberi nikmat dan anugerah. Tiada nikmat kecuali Dialah sumbernya, tiada anugerah kecuali dari-Nya. Dengan kesedaran rohani seperti inilah ia mencintai-Nya. Hatinya sibuk memikirkan-Nya. Seluruh aktivitinya ditujukan kepada-Nya semata. Kelazatan yang ia rasakan hanya ada dalam ketaatan kepada segala perintah-Nya. Ia memiliki kesempatan untuk menunaikan tugas dari-Nya, dengan senang dan bahagia, damai hatinya dan tegap langkahnya. Jika seorang kekasih yang dicintai berbuat baik kepadanya, diterimanya kebaikan itu dengan rasa syukur, baik dengan lisan, hati maupun perbuatan. Jika ia mendapati kesulitan dalam perjuangan mencapai reda-Nya, ia istiqamah, berlapang dada, dan sabar tanpa keluh kesah dan perasaan kecewa. Itulah pecinta yang sebenar, tulus dan sejati.. Cintailah Allah SWT.

3.11.08

Cinta pada pandangan Islam

1 comments

Cinta dalam pandangan Islam adalah suatu hal yang sakral. Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.

Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahwa ia mencintainya. (HR Abu Daud dan At-Tirmidzy). Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai, bahkan dianjurkan agar mendapat keutamaan-keutamaan. Islam tidak membelenggu cinta, karena itu Islam menyediakan penyaluran untuk itu (misalnya lembaga pernikahan) dimana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang, (Ar-Ruum: 21)

Ayat di atas merupakan jaminan bahwa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan dalam hati pasangan yang bersatu karena Allah (setelah menikah). Jadi tak perlu menunggu jatuh cinta dulu baru berani menikah, atau pacaran dulu baru menikah sehingga yang menyatukan adalah si syetan durjana (naudzubillahi min zalik). Jadi Islam jelas memberikan batasan-batasan, sehingga nantinya tidak timbul fenomena kerusakan pergaulan di masyarakat.
Dalam Islam ada peringkat-peringkat cinta, siapa yang harus didahulukan/ diutamakan dan siapa/apa yang harus diakhirkan. Tidak boleh kita menyetarakan semuanya.

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…”(Al-Baqarah: 165)

Menurut Syaikh Ibnul Qayyim, seorang ulama di abad ke-7, ada enam peringkat cinta (maratibul-mahabah), yaitu:
1. Peringkat ke-1 dan yang paling tinggi/paling agung adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Rabbul alamiin. Dan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (S.2: 165) Jadi ungkapan-ungkapan seperti: Kau selalu di hatiku, bersemi di dalam qalbu atau Kusebutkan namamu di setiap detak jantungku, Cintaku hanya untukmu, dll selayaknya ditujukan kepada Allah. Karena Dialah yang memberikan kita segala nikmat/kebaikan sejak kita dilahirkan, bahkan sejak dalam rahim ibu.
Jangan terbalik, baru dikasih secuil cinta dan kenikmatan sama si doi kita sudah mau menyerahkan jiwa raga kepadanya yang merupakan hak Allah. Lupa kepada Pemberi Nikmat, Maka nikmat apa saja yang ada pada kalian, maka itu semua dari Allah (S. 2: 165).
2. Peringkat ke-2; isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah saw.
Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dll, namun bukan untuk menghambakan diri kepadanya. Katakanlah jika kalian cinta kepada Allah, maka ikutilah aku (Nabi saw) maka Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31)
3. Peringkat ke-3; syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya.
Antara suami istri, anatar orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah.
4. Peringkat ke-4; shababah yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah Islamiyah.
5. Peringkat ke-5; ‘ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, berdakwah, dll.
6. Peringkat ke-6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta/keinginan kepada selain manusia: harta benda. Namun keinginan ini sebatas intifa’ (pendayagunaan/pemanfaatan)

1.10.08

Ten causes that result in Allah's LOVE

2 comments

Ibn al-Qaiyim mentioned ten causes that result in Allah's love for His slave and the slave's love for his Lord. [These ten are:]

First, reciting the Qur'an while pondering over its meanings and what is meant by it.

Second, getting closer to Allah by performing voluntary deeds after completing obligatory deeds. This is as is stated in a Hadith Qudsi: "My slave continues getting closer to Me by performing voluntary deeds until I love him." [al-Bukhari]

Third, continual remembrance of Allah under all circumstances, with one's tongue, heart and actions. The extent of one's love of Allah is determined by this.

Fourth, giving precedence to what He loves over what you love when you are overtaken by your desires.

Fifth, the heart being avid of Allah's Names, and Attributes and the heart roaming in that garden of knowledge.

Sixth, observing Allah's kindness, goodness and bounties, both hidden and open.

Seventh, and this is the most wonderful, the heart being soft, subdued and meek before Allah.

Eighth, being alone with Allah during the time when the Lord descends during the last portion of the night while reading His Book and ending that by asking for forgiveness and repenting.

Ninth, sitting with the beloved and sincere, benefitting from the most fruitful of their speech. And not to speak unless speaking is more beneficial and you know that it will improve your state and be beneficial to others.

Tenth, remaining away from every cause that comes between the heart and Allah.

These ten causes take the lovers to the station of true love and bring them to their Beloved.


29.9.08

Love Of Allah

0 comments

Loving Allah is the ultimate aim. Having attained the state of true love for Allah, each stage that follows it is one of its fruits and a branch from its roots - such as longing, intimacy and contentment. Each stage that precedes it - such as repentance, perseverance and doing without.

The most beautiful, the most sincere, the most elevated and the most exalted kind of love is most certainly the love of the One Whom hearts were created to love, and for Whom creation was brought into existence to adore. Allah is the One to Whom hearts turn in love, exhalation and glorification, humility, submission and worship. Such worship cannot be directed towards other than Him. It is the perfection of love accompanied by complete submission and humility. Allah is loved for His own sake in every respect. All except Him are loved for the love they give in return. All the revealed Books, and the message of all the Prophets, bear witness to the love that is due towards Him, as does the natural impulse He has created in all His servants, the intellect He has given them, and the blessings He has poured on them.

Hearts, as they mature, come to love whomever is merciful and kind towards them. So how much greater is their love for Him from Whom all kindness springs!

Every good thing enjoyed by His creation is one of His limitless blessings, and He is One with no associates and no partners:

"And whatever good you have - it is from Allah; and then, when misfortune comes to you, you cry to Him for help."

(Qur'an, An-Nahl 16:53)


And also:


"And from among mankind there are some who take for themselves (objects of worship as) rivals to Allah, loving them as they should (only) love Allah. And those who believe are stronger in their love for Allah."

(Qur'an, Al-Baqarah 2:165)


And also:


"O you who believe, whoever of you becomes a rebel against his deen (know that in his place) Allah will bring a people whom He loves and who love Him, humble towards the believers, harsh towards the disbelievers, fighting in the way of Allah, and not fearing the blame of anyone who blames."

(Qur'an, Al-Maidah 5:54)


The Prophet  has sworn that no servant truly believes until he, (the Prophet ) is more dear to that servant than his own child, father and all of mankind.(Related Bukhari, kitab al-Iman: 1/58 Muslim, kitab al-Iman, 2/15)

The Prophet  also said to Umar ibn al-Khattab, "even until I am more dear to you than your own self". (Related Bukhari, kitab al-Iman wa'n-Nadhur, 11/523)

This means that you are not a true believer until your love for the Prophet Muhammad  reaches this level.

If the Prophet  must take precedence over our own selves; as Allah says:


"The Prophet is closer to the believers than their own selves."

(Qur'an, Al-Ahzab 33:6)


When it comes to what we love and what this entails, then is not Allah (Most Exalted is He), even more deserving of our love and adoration than our own selves?

Everything that comes from Him to His servants whether it is something that they hate, directs us to love Him. His giving and His withholding, the good fortune and the misfortune that He decrees for His servants and His abasing them and elevating them, His justice and His grace, His giving life and taking it away again, His compassion, generosity and veiling of His servants wrong actions, His forgiveness and patience, His response to His servants' supplications even though He is not in any need of His servants whatsoever - all this invites hearts to worship Him and love Him.

If a Human being were to do the smallest amount of any of these things to another, that person would not be able to restrain his heart from loving him. How can a servant not love, with all his heart and body, the One who is constantly Merciful and Generous towards him in spite of all his wrong actions?

Allah seeks His servants friendship and love by means of His generosity towards him, even though He is not in any need of him. The servant, on the other hand, invites Allah's anger through his disobedience and wrong actions, even though he is in need of His assistance.

Neither Allah's mercy nor His generosity towards the servant deter him from disobeying his Lord. In the same way, neither the servant's disobedience nor his wrong actions deter Allah from granting him His blessings.

Furthermore, while anyone who we love and who loves us may behave like this for personal gain, Allah does so in order to benefit us.

Furthermore, while anyone with whom we trade will not do business with us if he does not make a profit from the transaction - and he will do what he can to make a profit one way or another - Allah (Most Exalted is He) trades with us in order to enable us to make the best and greatest profit for ourselves from our transaction with him. Thus one good deed counts as between ten and seven hundred good deeds, or even more, while a bad deed is recorded as only one bad deed and can be swiftly wiped out.

Allah (Most Exalted is He), in His infinite mercy has created everything for us, both in this world and in the next. Who else then, deserves to be loved and worshipped more than Allah? All that we - and the whole of creation, for that matter - require and need is with Him. He is the Most Generous. He gives His servants more than they need, even before they ask him. He is pleased with even a little right action and increases its rewards. He forgives untold wrong actions and wipes them out. Whatever is in the heavens and the earth supplicates to Him. The multiplicity of things never bewilder Him, nor is He weary by the insistent pleas of His servants. Indeed He is pleased with those who persist in their supplication.

He is ever pleased with His servants who seek His assistance, and He is angry with those who do not. He is displeased when He sees a servant being disobedient and not caring about his actions, and yet He veils His servant's wrong actions while the servant himself does not veil them. He has mercy on His servant while the servant does not have any mercy on himself.

He has called him to His acceptance and mercy through His compassion and generosity - but he declines. He has sent Messengers to him and made His covenant known through them. Allah, even draws near him and says:

"....Is there anyone who is calling on Me, so I may answer his prayer? Is there anyone who is asking of Me, so I may grant his request? Is there anyone who is seeking My forgiveness, so that I may forgive him?" (Related by Muslim, Kitab al-Musafirin wa Qasruhu, 6/36)

How then, can our hearts not love Him, the One who - and no other than Him - grants rewards, answers prayers, pardons mistakes, forgives sins, veils wrong actions, dispels grief and drives away sorrow?

He alone, is worthy of remembrance, worship and praise. He is the most generous to be asked, the most liberal to give, the most merciful to pardon, the mightiest to assist and the most dependable to rely on.

He is more merciful to His servant, than a mother is to her baby. He is more pleased by the repentance of the penitent sinner than a man who is overjoyed to find his riding beast, with all his provisions still on its back after he had lost it in a barren land and had given up all hope of survival.

He is pleased with the obedient servant for his obedience, even though it could not have happened without his help and assistance. He pardons and forgives even after He has been disobeyed. And yet, the rights which are due to Him are the ones which are most rejected and neglected.

He is the nearest witness, the most sublime protector, the most true to His Word, and the most just of all Judges. He knows the secrets of the selves:


"There is not an animal of whose forelock He does not have a hold."

(Qur'an, Hud 11:56)


He records the actions and decides the lifetimes of His slaves. To Him, the secrets in the hearts are known and the Unseen revealed. Everyone yearns for Him, faces humble themselves before the Light of His Face, and minds are completely incapable of understanding the Essence of His Being.

Love of Allah the Almighty gives life to the Heart and sustains the soul. The heart experiences no pleasure, nor feels any joy, nor tastes any success - not even life - if it does not have this love. If the heart loses this love, then the loss it suffers is more severe than that of the eye when it is deprived of its sight and the ear when it is deprived of its hearing.

Even worse than this, the decay of the heart when it is devoid of love for its Creator, Source, and True God, is far worse than that of the body when it no longer contains the soul. This truth is only recognised by the people who are alive, for a wound does not pain the dead.

A righteous man once said in a poem:

And love your Lord by serving Him
For lovers are but servants of the Beloved

When she was giving counsel to her children, one of the women of the salaf once said to them, "Make it a habit to love and obey Allah, for those who have taqwah take their obedience to the point where their body experiences aversion for anything other than obedience. If the cursed one (shaytan) tries to tempt them to do something wrong, the wrong actions is ashamed and avoids them because of the way in which it is rejected by them."

Abdullah ibn al-Mubarak recited:

You disobey Allah,
and yet you still claim to love Him.
By Allah, such behaviour is disgusting,
by any standard!
You would have obeyed Him had your love been true.
For the lover is always obedient to the Beloved!

16.9.08

Mengapa kita mencintai Allah

0 comments

Marilah sama-sama kita membuat sedikit kesimpulan bahwa Allah SWT Zat yang paling berhak untuk dicintai. Dia lebih patut menjadi labuhan hati berbanding orang tua, orang dicintai, anak, bahkan diri sendiri.

Hal yang paling mudah difahami oleh akal fikiran, mengapa kita hanya patut mencintai-Nya adalah kerana anugerah nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Kenikmatan yang seluruh manusia tenggelam dalam samuderanya, yang mengiringi manusia dalam hirupan nafas dan degup jantungnya, yang disertainya di setiap tempat dan waktu, yang bersama keluasan dan keabadiaannya semata bersumberkan dari Dzat Allah Swt.

Untuk mengingatkan hamba-hamba-Nya akan nikmat ini, Allah Swt berfirman: �Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan menghitungnya ��(An-Nahl:18)

Rasulullah Saw bersabda:

�Cintailah Allah kerana nikmat yang dianugerahkan kepada kalian, cintailah aku kerana cinta kalian kepada-Nya, dan cintailah ahlulbaitku kerana cinta kalian padaku�. (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

Wahai sahabat, apakah patut dan masuk akal jika kita menikmati semua ciptaan-Nya, mulai dari cahaya, indahnya waktu pagi dan petang, harmoninya ciptaan seluruh mahluk nan menakjubkan, bumi dan langit yang bisa dimanfaatkan, sebagaimana firman-Nya, �� yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian��( Al-Baqarah:29)

Dan juga firman-Nya, �� dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin� , tetapi mengapa kita tidak menunaikan syukur dan tidak pula mengerti kadar nilainya?

Apakah tidak berdetik dalam hati kita, bagaimana luas nikmat-Nya dan bertebaran ihsan-Nya, yang kekuasaan-Nya menyilaukan orang yang memandang. Nikmat-Nya adalah keagungan yang tidak dapat dihitung, ilmu yang tiada sebiji atom pun di langit dan di bumi yang tidak dikenalpasti, dan kearifan yang mencermatkan seluruh makhluk yang dicipta-Nya.

Maka berbahagialah orang yang mencium aroma keelokan-Nya dan mampu menangkap cahaya pancaran keindahan-Nya. Berbahagialah orang yang dapat meneguk anggur kenikmatan-Nya meski bercampuran. Memang, seringkali kita menangkap sesuatu namun tidak memahami krbesarannya. Seorang penyair bertutur:

Sesuatu yang sering memabukkan orang,
Adalah sesuatu yang disebutnya sebagai kecantikan,
Namun aku tiada pernah mengerti apakah itu

Sebagian ahli hikmah pernah berkata kepada para muridnya, �seluruh manusia sungguh merindukan Allah. Tahukah kalian mengapa demikian? Itu kerana mereka merindukan kebajikan yang tiada batas, kesempurnaan yang tiada bertepi, keindahan yang tiada terukur. Semua hanyalah ada pada Allah SWT�.

Bukankah matahari, makhluk yang tampak paling menonjol, paling elok, dan paling hebat yang pernah engkau lihat, hanyalah pantulan dari cahaya-Nya?

Sungguh, pada matahari itu tersirat tanda-tanda keagungan, keindahan, keperkasaan, dan kehebatan penciptanya. Kita mampu membaca tanda-tanda keagungan itu di sana. Dengan itu semua kita bersimpuh dan bersujud.

Jika kita mencintai seseorang kerana pemberian dan kebaikannya, kerana akhlak dan sifat-sifat terpujinya, maka sungguh kita lebih patut mencintai sumber nikmat dan kemurahan itu.

Bahkan seandainya mereka telah mampu merasakan betapa nikmat cinta-Nya, maka mereka akan menyibukkan perhatiannya dengan gejolak perasaan ini hingga menjadi pecinta yang menikmati asyiknya memadu kasih.

Mereka yang menjaga dan menghindarkan diri dari buaian syahwat dengan tujuan hanya mendekatkan diri pada Allah.

7.9.08

Menggapai Mahabahtullah

0 comments

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku - yakni dalam tidurku - kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang menghantarkan aku untuk mencintai-Mu.”Dalam amal ubudiyah, cinta (mahbbah) menempati darjat yang paling tinggi. Mencintai Allah dan rasul-Nya bererti melaksanakan seluruh amanat dan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, disertai luapan kalbu yang dipenuhi rasa cinta.

Pada mulanya, perjalanan cinta seorang hamba menapaki darjat mencintai Allah. Namun pada akhir perjalanan rohaninya, seorang hamba mendapatkan darjat wahana yang dicintaiNya. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku - yakni dalam tidurku - kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : /Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”/

Dalam buku “Mahabbatullah” (mencintai Allah), Imum Ibnu Qayyim menuturkan tahapan-tahapan menuju wahana cinta Allah. Bahwasanya cinta sentiasa berkaitan dcngan amal. Dan amal sangat bergantung pada keikhlasan kalbu, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu kerana Cinta Allah merupakan refleksi daripada disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yang tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah.

Tahapan-tahapan menuju wahana cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:

1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidak lain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal dan mampu menjelaskan al-Qur’an agar difahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.

2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setelah melakukan ibadah-ibadah fardhu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: solat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.

3. Melazaimkan berzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melalui lisan, kalbu, amal dan perilaku. Kadar kecintaan seseorang terhadap Allahbergantung kepada kadar zikirnya kepadaNya. zikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berzikir) kepadaKu”.

4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. Menghidupkan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Ertinya ia rela mencintai Allah meskipun berisiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah darjat para Nabi, diatas itu darjat para Rasul dan diatasnya lagi darjat para rasulul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah darjat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.

5. Menyambungkan musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesedaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma’rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah dengan penyaksian dan kesedaran yang mendalam, niscaya akan dicintai Allah.

6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah lahir dan batin akan menghantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara lahir dan batin, akan menghantarkan kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.

7. Ketundukan hati secara total di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan solat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan menghantarkan kepada cinta Allah yang hakiki.

8. Menyendiri bersama Allah ketika Dia hadir di sanubari. Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t. turun ke dunia dan di saat itulah saat yang paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan solat malam agar mendapatkan cinta Allah.

9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka iapun akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.

10. Menjauhi sebab-sebab yang menghalangi komunikasi kalbu dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala.

21.8.08

Jika Mahabah merangkum jiwaku

1 comments

Wahai pemuda-pemudi, andai kata kita sama-sama mampu menanam perasaan ini dalam diri kita, nescaya kita mampu mentamadunkan Islam semul

Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta dengan anak, isteri, suami, orang tua, kaum muslimin. Tapi cinta itu tentu kedudukannya tidak melebihi cinta kita pada Allah, kerana Allah mengatakan,

“Katakanlah! ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta-benda yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khuwatiri akan merugi dan rumah tangga yang kamu senangi (manakala itu semua) lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjiha di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”

Cinta. Sebuah kata singkat yang memiliki makna yang begitu luas. Walaupun belum ditafsiri secara pasti, namun kewujudan cinta diakui oleh semua orang. Al-Ghazali mengatakan cinta itu ibarat sebatang kayu yang baik. Akarnya tetap di bumi, cabangya di langit dan buahnya lahir batin, lidah dan anggota-anggota badan. Ditujukan oleh pengaruh-pengaruh yang muncul dari cinta itu dalam hati dan anggota badan, seperti ditujukkanya asap dalam api dan ditunjukkanya buah dan pohon.

Prestasi kepahlawanan para pejuang tidak terlepas daripada pengaruh cintanya seorang pemuda kepada pemudi. Umar bin Abdul Aziz berhasil memenangkan pertarungan cinta sucinya kepada Allah daripada cinta tidak bertuannya kepada seorang gadis. Tidak ada yang salah pada cinta. Berusahalah menempatkannya pada tempat, waktu dan posisi yang tepat.

"Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu."

"Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu"

"Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu."

"Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu."

"Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu."

"Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu."

"Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu."

"Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu."

"Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu."

"Ya Allah Engaku mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu."

Cinta itu Fitrah Manusia. Kembalilah kepada Fitrah dengan mengesakan-Nya. Usahlah engkau alpa dan leka dalam meniti cinta-cinta murahan yang belum tentu menjanjikan kepuasan selama-lamanya. Laksanakanlah segala suruhan bukti kecintaan kita kepada-Nya, dan tinggalkanlah segala larangan-Nya. marilah.. Ayuh.

18.8.08

Kecantikan Muslimah pada sudut Islam

3 comments


Apakah yang dikatakan kecantikan? Iaitu sesuatu yang elok dipandang. Islam amat menekankan kecantikan yang lahir dari sifat2 mahmudah. Yang dibentuk meliputi segala aspek luaran dan dalaman. Suka saya mengingatkan kepada teman apabila berCermin ucapkanlah "Ya Allah, sebagaimana Engkau perelokkan kejadian ku, Engkau elokkanlah akhlak-ku". Kerana dengan kecantikan akhlak ada daya tarikan tersendiri dan dayanya lebih kuat daripada kecantikan wajah. Nilai paling berharga buat muslimah sejati ialah kecantikan akhlak atau budi. Akhlak sesama insan dan akhlak terhadap Allah.
Sudah menjadi fitrah manusia (wanita) untuk menampakkan diri agar kelihatan/dipandang cantik. Allah itu sendiri cantik dan suka kepada kecantikan, oleh itu manusia sendiri harus meletakkan kecantikan pada dirinya. Namun Islam ada menggariskan panduan untuk muslimah yang mementingkan kecantikan yang hakiki. Terdapat beberapa faktor dimana kecantikan itu boleh dibentuk iaitu faktor fizikal iaitu luaran, faktor mental iaitu dalaman dan faktor kerohanian iaitu membentuk roh.

Lelaki dimasa ini sering tertarik kepada kecantikan wajah, keliuran bentuk tubuh dan berharta. Kepada muslimah janganlah berasa bimbang kerana lelaki jenis ini tidak layak untuk dijadikan suami. Bak kata pepatah Melayu "Habis madu sepah dibuang". Kecantikan dari segi mental juga melibatkan pemikiran yang positif, yakin pada diri, sentiasa bersangka baik terhadap orang lain, dapat melihat kecantikan orang lain, tidak sombong, pemaaf, berlapang dada, menerima teguran secara positif, tidak mementingkan diri sendiri, suka tolong orang lain, ceria dan penyabar.

Kecantikan kerohanian pula banyak menitik beratkan hubungan kita dengan Allah. Dengan pembetukkan kerohanianlah maka terpancarlah 'Nur' cahaya yang datang akibat dari kerja amalan kita. Sabda Rasulullah SAW yang maksudnya: "Solat ialah tiang agama dan mempunyai 10 fadilat salah satunya ialah Daya Penarik pada wajah. Islam menyarankan bahawa kecantikan yang hakiki berpaksi kepada iman yang kental dan sifat kesyukuran yang mendalam. Cantik dimata Allah lebih penting dari cantik pada pandangan manusia. Antara amalan yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan kecantikan rohani termasuklah:

a. mengerjakan solat fardhu dengan sempurna.

b. membaca Al-Quran setiap hari

c. Amalkan sunnah2 nabi dalam kehidupan seharian. cthnya:menutup aurat.

d. Mengerjakan puasa sunat.

e. Banyak bersedekah

g. Bermaaf-maafan setiap hari.

Wahai teman-temanku masih belum terlewat untuk kita sentiasa merasakan kita ini memang insan yang diselubungi banyak kesilapan dan perlu banyak bertaubat kerana semulia-mulia manusia menjadi habuan tanah. Akan tiba wajah kita yang cantik tanpa diselimuti dengan akhlak dan peribadi yang mulia dikerumuni cacing dan ditimbuni tanah diliang lahad. Hanya dengan kecantikan akhlak dan amalan2 yang mulia sahaja menjadi penyeri dan teman dialam berzakh.

Kasihan mereka..

2 comments

Melihat mereka, aku tidaklah tergoda, bahkan hati ini tidak mahu membenci mereka. Mereka jua insan seperti aku, tapi melihat mereka, aku kasihan, amat-amat kasihan..

Berada di tengah2 lautan manusia, mataku kadang-kadang tidak pernah terlepas dihujani pandangan wajah mereka, susuk tubuh mereka, yang aku fikir pasti mengiurkan sesiapa sahaja.

Kasihan mereka, itulah apa yang aku ingin sampaikan..
Wanita sekarang, tidak semua tapi segelintir..itulah mereka. Mereka hadir di pentas kehidupan jalanan khususnya, berwajah jelita, anggun, menarik ramai jejaka remaja, memang "mengancam".

Dari atas, tiada sehelai benang menutup rambut mereka, mungkin ingin memperlihatkan kelurusan rambut mereka.. mungkin.. Ada yang berwarna, ada yang hitam semula jadi, ibarat model dalam iklan shampoo..fuh..menarik kot.. Ke bawah sedikit, astaghfirullah, tidak ingin aku ceritakan, memang mengangcam mana-mana lelaki yang menbacanya.

Bukan keghairahan itu yang aku ingin simpulkan, tapi kasihan mereka.. Mereka hanya ada mata tapi tiada mata hati. Mreka hanya dapat melihat kesenangan di dunia sementara ini, namun mereka buta akan akhirat kelak. Tidakkah mereka mengetahui betapa azabnya seksaan terhadap wanita yang menampakkan aurat mereka? Aduh, andainya aku mampu menegur mereka semua pasti aku lakukan dengan hebatnya, sebab aku kasihankan mereka. Wahai lelaki dan jejaka yang kononnya 'gentleman'.. Aku harap korang jadilah gentleman dalam erti kata sebenar, kasihanilah mereka, iaitu wanita yang aku maksudkan tadi..Jauhkanlah diri mereka dari azab seksaan yang teramat pedih itu.. Nasihatilah dan tegurlah mereka dengan sebaik mungkin.

Aku kasihankan mereka..
Aku tidak pernah membenci mereka, aku hanya benci pada perbuatan mereka.

Mungkin mereka belum mengetahui akan hal akhirat, sedarkanlah mereka, wahai kalian yang mengetahui..

Ingat, kasihanilah mereka..
Wahai wanita, jagalah auratmu, peliharalah maruah dirimu, jadilah insan solehah. Syurga jualah tempat yang layak bagimu wahai wanita.. kembalilah pada agama.. Aku merayu..
Sedarlah..

19.7.08

Ilmu pecinta Illahi Bukan Ilmu Akal

2 comments

Belajar ilmu hitung atau ilmu kedokteran
Tidak terasa berTuhan, tidaklah heran
Belajar ilmu yang tersebut dan lain-lain ilmu
Tidak terasa berTuhan, perkara biasa
di setiap zaman
Bahkan adakalanya belajar ilmu sekuler
Langsung tidak percaya
adanya Tuhan yang Maha Esa
Tapi yang lebih aneh, orang yang belajar
Ilmu keTuhanan
Hingga jadi ulama, tidak rasa berTuhan
Bahkan pakar ilmu tauhid atau ilmu keTuhanan
pun tidak berTuhan
Karena mereka belajar ilmu aqidah
dengan akal semata-mata
Sedangkan jiwanya tidak menghayati ilmu itu
Akalnya percaya adanya Tuhan
Jiwanya tidak terasa berTuhan
Di segi ilmu, pakar dengan Tuhan
Di segi jiwa, kosong dari Tuhan
Karena itulah rasa takutnya dengan Tuhan tidak
berlaku atau tidak ada
Syariat Tuhan tidak dijadikan pakaian
Apabila mendapat ujian
Menerima ujian itu dia tidak tahan
Akhlaknya kasar, tidak melambangkan
orang berTuhan
Kehidupannya tidak mempedulikan syariat
Sekalipun bisa memperkatakan Al Quran
Atas alasan ilmu semata-mata
Padahal ilmu keTuhanan hendaklah dirasa oleh Jiwa
Ilmu keTuhanan bukan ilmu akal tetapi ilmu rasa
Orang yang “percaya” Tuhan, hidup macam tidak
berTuhan
Orang “terasa” berTuhan, orang yang takut dengan
Tuhan sekalipun ilmunya kurang
Mereka yang rasa berTuhan yang menghormati
syariat Tuhan
Karena rasa berTuhan itu adalah fitrah
bagi setiap insan
Lantaran itulah rasa berTuhan itu harus disuburkan
di dalam jiwa manusia
Tidak cukup sebatas akalnya percaya adanya Tuhan

(Syeikh Imam Ashaari Muhammad AtTamimi)

30.6.08

Luahan Cinta

0 comments

Dalam musafir ini….
Tercari-cari aku akan hakikat sebenarnya cinta…
Kemana akan ku bawa hati ini…
Adakah kepada manusia atau buatMU, TUHAN yang esa,
Lalu, tatkala aku lalui daerah itu…
Aku temui satu hakikat perasaan yg tak pernah aku rasai selama ini…
Hakikat perasaan yang sukar digambarkan…
Ketenangan,kebahagian,rindu,kasih,cinta…
bersatu menjadi satu….
Sehingga aku tak merasai apa yang aku rasai ini…
Cuma yang aku tahu….hati ini sudah milikMU…

Setiap detik hanya ku ingin melihat wajahMu nan indah itu…
Menyebut namaMu merupakan kelazatan bagiku…Mengunjungi rumahMU merupakan nikmat bagiku…
Mendengar pujian tentangMU,menerbitkan rasa banggaku padaMu…
Kau miliki segalanya wahai Tuhanku...
Yang melayakkan diriMU untuk di puja,dipuji,dicintai dan dikasihi…
Kaulah Maha segalaNya….

Namun Ya ALLAH ranjau dlm mengapai cinta Mu ini
Tetap di pagari dgn duri,
Aku redha menghadapinya dgn tenang,
Kerana aku tahu nilai cinta Mu…
Tiada terbanding dengan emas dan pertama…
Walaupun ianya memenuhi alam ini…

Akan aku sabar menanti hadir cinta ini dgn lebih mendalam…
Agar aku tidak melihat yg lain melainkan wajahMu
Agar aku tidak merindui yg lain melainkan diriMu…
Agar aku tidak menyebut nama yg lain melainkan namaMu yg indah…
Agar aku tidak berkata yg lain,melaikan kalamMU yg benar…

Musafir ini aku tidak pasti bilakah penghujungnya…
Penghujung yg bukan selamanya…
Hanya sekadar di dunia…
Menanti pengakhiran hidup
Menuju alam yg abadi akhirat sana…
Agar dapat ku bertemu dgnMu duhai kekasihku…
Bagaimana harus kusabarkan hatiku ini lagi…
untuk menanti pertemuan ini…
Oh KekasihKu...
sabarkanlah jiwa ini....
Semoga pertemuan kita nanti...
dalam keadaan Kau meredhai…
Dan aku….
Meredhai pertemuan ini….
Oh.....sabarlah duhai hati.........

23.6.08

Mencipta Cinta Sejati

0 comments

“Syair Arab menyebut, apabila seseorang yang bercinta di tanya, “Apakah kau menyintai atau sedang bercinta dengannya?”, maka dijawabnya, “Oh, tidak…kawan sahaja atau apa sahaja alasannya,” Ketahuilah dia seorang pasangan KAZZAB (penipu)”

______________________________________________________________

“…Rasa hormat adalah asas penting menjalin hubungan cinta yang suci sesuai dengan aturan Allah swt. Hormat kepada perintah Allah, ajaran Rasul serta hormat ke atas hak dan maruah di antara pasangan amat dititik beratkan ke arah satu hubungan yang berkekalan.

Seorang lelaki yang jujur terhadap cinta dan kasih sayang yang terjalin terhadap seorang wanita
tidak sewenang-wenangnya menyentuh tangan wanita atau memegang erat tubuhnya. Wanita
bukannya objek yang boleh diperalatkan.

Jika ini terjadi, seorang wanita perlu berfikir, apakah pasangan seperti ini mampu melindungi
dan menjaga maruahnya apabila berkahwin nanti?

Jika hari ini haknya tergadai kerana seorang yang dinamakan kekasih, apa kesudahan yang bakal berlaku satu hari nanti?…”
___________________________________________________________________

Istilah cinta amat popular dan menjadi satu ungkapan setia di bibir-bibir remaja yang
menganggapnya satu kalimah suci dan bererti. Ada yang berbangga memiliki seorang kekasih
yang setia dan mula memasang angan-angan untuk mendirikan rumah tangga bersama
pasangan pilihan.

Fenomena ini berlanjutan dari bangku sekolah lagi malah adakalanya membawa kepada
sesuatu di luar jangkauan.

Cinta perlu difahami. Semestinya seorang remaja perlu memahami kehendak dan definisi yang
tepat.

Tanya pada diri, sama ada cinta hanya sekadar gelojak perasaan serta rasa tertarik antara satu
sama lain cukup untuk menjelaskan maksudnya?

Di dalam artikel bertajuk Hakikat Percintaan, Dalam Islam, rasa hati yang dinamakan cinta
merupakan satu perasaan yang semulajadi dialami oleh setiap insan baik muda mahupun tua.

Allah telah menganugerahkan manusia naluri untuk meneruskan keturunan (salah satunya,
menyukai pasangan berlainan jantina) atau dikenali dengan gharizah Al-Nau’.

Ini merupakan salah satu naluri manusia dari yang tiga iaitu gharizah Al-baqa’ (naluri untuk
meneruskan kehidupan dan mempertahankan), gharizah Al-Tadayyun (naluri untuk menyembah dan beragama) dan gharizah Al-Nau’.

Jadi adanya perasaan itu sememangnya sudah fitrah manusia dan perkara ini wajar dan tidak
haram di sisi Islam.

Dalam keadaan ini, manusia perlu memahami kedudukan cintanya dan ke mana hala tuju
seterusnya.

Malangnya remaja hilang punca dan meletakkan satu kesimpulan yang mudah tentang hakikat
cinta.

Cinta perlu difahami sebagai satu rasa kasih sayang yang penuh rasa hormat, tanggungjawab,
kesetiaan, komitmen, keikhlasan, bermaruah dan ada matlamat.

Jika ciri-ciri ini tidak ada dalam apa yang dikatakan sebagai cinta, maka hubungan
sedemikian sekadar satu permainan dan kepura-puraan sahaja.

Konsep cinta dalam Islam meletakkan satu aturan yang sistematik dan teratur tanpa mengabaikan hubungan antara manusia dan Allah.

Atas dasar ini, Islam meletakkan cinta pada satu kedudukan yang bermaruah dan bernilai baik bagi pihak lelaki dan perempuan.

Ke mana hala tujunya destinasi cinta remaja? Adakah setakat mengisi usia remaja dan
adakalanya putus di tengah jalan?

Mungkin destinasi cinta remaja yang diingini lebih kepada konsep ala Barat yang disifatkan penuh romantis dan indah.

Mulianya cinta berlandaskan Islam kerana cinta yang dibina bermatlamat. Kerana ingin mendapat kasih sayang tuhan, manusia sedia berkongsi haharasa cinta dan kasih sayang sesama insan.

Kerana inginkan kasih sayang tuhan jualah, masing-masing ingin selamat-menyelamatkan
antara satu sama lain dari segi hubungan dan kehidupan di dunia untuk mengejar sesuatu yang
abadi di akhirat.

Cinta yang dibina bukan cinta kosong tetapi cinta yang punya pengertian yang luhur dan hanya
dapat dirasakan dengan jiwa yang bersih yang sentiasa mencari tuhan..

21.6.08

CINTA KEPADA ALLAH, ITULAH YANG HAKIKI

0 comments



Cinta bagaikan lautan, sungguh luas dan indah. Ketika kita tersentuh tepinya yang sejuk, ia mengundang untuk melangkah lebih jauh ke tengah, yang penuh halangan, hempasan dan gelombang dan sesiapa saja berkeinginan mengarunginya. Namun carilah cinta yang sejati, di lautan cinta, nakhoda yang berbekal iman yang sejati mampu melawan gelombang syaitan dan hempasan nafsu, insyaAllah kita akan sampai kepada tujuan iaitu: cinta kepada Allah, itulah yang hakiki, yang kekal selamanya. Adapun cinta kepada makhluk-Nya, pilihlah cinta yang hanya berlandaskan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Bukan kerana pujuk rayu syaitan, bukan pula kerana desakan nafsu yang menggoda.

Hubungan cinta dan keimanan

0 comments

Dalam Islam cinta dan keimanan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Cinta yang berlandaskan iman akan membawa seseorang kepada kemuliaan sebaliknya cinta yang tidak berlandaskan iman akan menjatuhkan seseorang ke jurang kehinaan. Cinta dan keimanan laksana dua sayap burung. Al Ustadz Imam Hasan Al Banna mengatakan bahawa dengan dua sayap inilah Islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan. Bagaimana tidak, jikalau iman tanpa cinta akan pincang, dan cinta tanpa iman akan jatuh ke jurang kehinaan. Selain itu, iman tidak akan terasa lazat tanpa cinta dan sebaliknya cinta pun tidak lazat tanpa iman. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw: Barang siapa ingin memperoleh kelazatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya kerana Allah swt. (riwayat Imam Ahmad, dari Abu Hurairah).

Tidak hairan ketika Uqbah bin Al Harits telah bercerai dengan isteri yang sangat dicintainya Ummu Yahya, atas persetujuan Rasulullah saw hanya kerana pengakuan seorang wanita tua bahawa ia telah menyusukan pasangan suami isteri itu pada saat mereka masih bayi. Allah mengharamkan pernikahan saudara sepersusuan. Demikian pula kecintaan Abdullah bin Abu Bakar kepada isterinya, yang terkenal kecantikannya, keluhuran budinya dan keagungan akhlaknya. Ketika ayahnya mengamati bahawa kecintaannya tersebut telah melalaikan Abdullah dalam berjihad di jalan Allah dan hal ini menyebabkan beliau memerintahkan Abdullah untuk menceraikan isterinya . Pemuda Abdullah memandang perintah tersebut dengan kaca mata iman, sehingga dia rela menceraikan belahan jiwanya tersebut demi mempererat kembali cintanya kepada Allah.

Subhanallah, pasangan tersebut telah bersatu kerana Allah, saling mencinta kerana Allah, bahkan telah bercinta kerana Allah, namun mereka juga rela berpisah kerana Allah. Cinta kepada Allah atas segalanya. Bagaimana halnya dengan pasangan yang terlanjur jatuh cinta, atau yang bercuople atau sudah bercinta sebelum menikah? Hanya ada dua jalan; bersegeralah menikah atau berpisah kerana Allah, niscaya akan terasa lezat dan manisnya iman. Dan janganlah mencintai Si dia lebih daripada cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dari Anas ra, dari nabi saw, beliau bersabda:
Ada tiga hal dimana orang yang memilikinya akan merasakan manisnya iman, iaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya, mencintai seseorang hanya kerana Allah, dan enggan untuk menjadi kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya sebagaimana enggannya kalau dilempar ke dalam api neraka. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah ra, rasulullah saw bersabda:
Demi zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, kamu sekalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum saling mencintai (HR Muslim)

20.6.08

Resepi Cinta-Nya

0 comments

Assalamualaikum, Alhamdulillah, dengan Cinta-Nya kepada kita, dapat lagi kita hidup dinaungi Islam dan Iman. Bersyukurlah dalam setiap kesenangan dan bersabarlah dalam setiap kesusahan.

InsyaAllah, pada topik pada kali ini, ana tidak mahu mengulas tentang Cinta dari konsep definisi semata-mata, namun, ana berharap para pembaca sedar akan tanggungjawab ini. Sedarlah, setiap kemahuan yang timbul dari lubuk hati ke arah kebaikan sebenarnya adalah hidayah Allah yang amat bermakna dan berharga kepada setiap insan. sekali hati anda terketuk dengna CIntaNya, Usah risau, anda bisa hidup sebagai seorang pecinta yang dilimpahi keredaan-Nya. Carilah Dia, RabbiMu.

Cintailah Allah dan berusahalah untuk menggapai cintaNya. Inilah beberapa resepi yang menyebabkan seseorang mencintai Allah SWT :

- Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur dan memahaminya dengan baik.

- Mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan shalat sunat setelah mendahulukan shalat wajib.

- Selalu zikrullah (mengingat Allah) dalam segala keadaan dengan hati, lisan dan perbuatan.

- Mengutamakan kehendak Allah di saat berlawanan dengan kehendak hawa nafsu.

- Menanamkan dalam hati nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala dan memahami maknanya.

- Memperhatikan kurniaan dan kebaikan Allah kepada kita.

- Menundukkan hati dan diri ke Hadrat Allah SWT.

- Menyendiri untuk beribadah kepada Allah, bermunajat dan membaca kitab suciNya di waktu
malam saat orang lelap tidur.

- Bergaul dan berkumpul bersama orang-orang shaleh, mengambil hikmah dan ilmu dari mereka.

- Menjauhkan sebab-sebab yang dapat menjauhkan kita daripada Allah.

Moga-moga, hati kita ini, lembut dan mudah menerima sebarang kebenaran. Ambillah walaupun sedikit, amalkanlah, insyaAllah..
Wailalliqa.

16.6.08

Mengapa perlu mencintai Allah

0 comments

Assalamualaikum,
Hari in ana kembali berdialog, barangkali wujud tanda tanya kepada para pembaca mengapa hebatnya bercinta ini, ana tidak mengagungkan cinta manusia, tetapi ana cuba sampaikan bahawa cinta kepada Allah adalah segala-galanya. Jika Cinta Allah ini wujud dalam minda dan jiwa para remaja, dengan rahmatNya, maka usahlah kita takut akan masalah dunia sekarang, tiada lagi masalah sosial, jenayah rogol, jenayah bunuh, memperkosa, sumbang mahram dan macam2 lagi perkara yang ditakuti. Nauzubillah.

ALLAH segala-galanya. ALLAH itu penyelamat, pelindung, pendidik, pemberi hidayah, pemberi rezeki dan kawan setia kita. Kalau kita faham dan hayati itu, akan datang kasih sayang. Cinta kepada selain ALLAH tidak salah tetapi jangan mengatasi cinta kepada ALLAH. Tidak salah cinta kepada isteri, orang tua dan anak, tetapi jangan mengatasi cinta kepada ALLAH. ALLAH mewajibkan kita mencintai- Nya.

Mengapa kita disuruh cinta kepada ALLAH sedangkan ALLAH Maha Sempurna? Apakah ALLAH suruh kita mencintai- Nya untuk meninggikan darjatNya? ALLAH sudah sempurna. Ke-Mahasempurnaan ALLAH kekal dan azali. Tidak berkurang dan tidak bertambah. Cinta kita bukan untuk meninggikanNya. Kalau kita tidak cinta, tidak puji, tidak sembah, atau kita caci maki, ALLAH tidak tergugat dan tidak cacat. Berbeza dengan manusia. Manusia apabila dihina dia cacat, manakala apabila dipuji dia terangkat.

ALLAH yang menjadikan manusia, maka ALLAH tahu apa keperluan manusia lahir dan batin (rohaniah). ALLAH jadikan sebab-sebabnya supaya keperluan itu mencukupi. ALLAH mewajibkan kita cinta kepada ALLAH, di situlah datang rahmat dari ALLAH. Sebab manusia yang cinta kepada ALLAH, akan secara automatik cinta kepada makhluk ALLAH terutamanya sesama manusia.

Ertinya hamba ALLAH yang mencintai ALLAH nescaya perikemanusiaannya sangat tinggi. Dia pengasih pada orang lain, bertimbang rasa, kasihan, tidak boleh mendengar orang susah, sangat mengutamakan orang, sangat bekerjasama, suka menghibur orang, suka memaafkan dan meminta maaf dan sebagainya. Ini keperluan manusia. ALLAH tidak perlu cinta manusia. Kalau manusia tidak cinta ALLAH maka hilanglah perikemanusiaan seperti terjadi hari ini. Kalau sudah tidak cinta ALLAH, hidup individualisme, bagaimana hendak bekerja sama dengan orang lain? Ini yang terjadi. Bukan diri saja yang susah, masyarakat pun susah kerana perikemanusiaan sudah tidak ada. Cinta sesama manusia sudah tidak ada kerana terputus cinta dengan ALLAH. Maka inilah yang kita liaht sekarang, jenayah sosial berleluasa, manusia ibarat syaitan yang meratah mangsanya. Tiada perasaan belas kasihan, tiada jiwa insan, tiada pedoman, tidak takut pada azab ALLAH! Nah, sedarlah, Cinta ALLAH mampu menyelamatkan manusia.



Dengan ada Cinta ALLAH, hidup akan aman, yang susah terbela, yang lemah dijaga, yang batil didakwa, yang benar tetap bersuara. Tiada lagi Zina, sumbang mahram, tiada lagi ibu bapa diderhaka, tiada lagi pembunuhan secara percuma, tiada lagi tabarruj, tiada lagi duka nestapa di pihak mangsa. Nah! Fahamilah Cinta Agung ini..Tanpa Cinta ini manakan pejuang Islam mampu berjihad hingga ke titisan darah, manakan Umar bisa menghunus pedang berbisa, manakan Ziad Bin tariq mampu menakluk Andalusia! TIdak mungkin sama sekali itu semua berlaku tanpa Cinta Allah.

ALLAH tahu rahsia ini, sebab itu ALLAH suruh cinta kepada- Nya karena kesannnya pada manusia bukan pada ALLAH. Kesan itulah yang menguntungkan manusia. ALLAH tahu apabila cinta kepada ALLAH, terjadilah cinta sesama manusia. Di situlah untungnya manusia kerana cinta-mencintai datang kasih sayang, bekerjasama, rasa bersama dan di situlah kebahagiaan.

ALLAH juga memerintahkan manusia untuk takut kepada-Nya. Mengapa demikian? Apakah ALLAH memerlukan takut manusia ini? Maha Suci ALLAH dari memerlukannya.

Apabila manusia faham dan menghayati kehebatan, keMahakuasaan, kegagahan, dan keadilan ALLAH maka dia akan takut kepada ALLAH. Jika sentiasa merasa diawasi ALLAH, maka dia tidak akan berani melanggar hukum-hukum ALLAH dan peraturan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan ALLAH. Di mana pun dan bila-bila pun. Dia tidak akan sanggup menyakiti seluruh makhluk ciptaan ALLAH. Dia tidak akan sanggup berbuat mungkar dan maksiat, baik yang lahir mahupun batin, kerana dia tahu keadilan ALLAH dalam membalas setiap perbuatan mungkar dan maksiat.


Maka, jelaslah wahai para pembaca yang dikasihi, ana tidak menyuruh kalian leka sekadar membaca, tetapi ambillah walaupun sedikit, kerana dengan wujud sedebu cinta Allah ini di dalam hati kalian, Usah kalian takut, ALLAh akan membalas cintamu itu. Dia amat mencintai hamba-hambaNya yang taat dan mencintai-NYa. Wailalliqa.

bila aku jatuh cinta

0 comments

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !

15.6.08

Sifat pecinta Illahi

0 comments

Sifat-sifat seorang Pecinta Illahi:

Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya daripada lubang syirik.

Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut Al-Qur'an dan Assunnah serta jauh daripada segala Bid'ah yang dapat menyesatkannya.

Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah keperibadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahawa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).

Qowiyul Jismi, Kuat Fizikalnya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Allah SWT.

Mutsaqoful Fikri, Luas wawasan fikirannya sehingga dia mampu menangkap berbagai-bagai informasi serta perkembangan yang terjadi di sekitarnya.

Qodirun 'alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mahu bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala keperluan hidupnya.

Mujahidun linafsihi, Bersungguh-sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimumkan setiap kesempatan ataupun keadaan sehingga kelihatan baik pada dirinya ataupun orang lain.

Haritsun 'ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang tidak menggunakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. Kerana waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Munazhom Fii Su'unihi, Tertib dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggungjawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik.

Naafi'un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat . Kewujudannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.


Mudah-mudahan diri kita ini sentiasa terdorong untuk mengikut jejak langkah sifat-sifat tersebut.. InsyaAllah.

12.6.08

Cintai MAnusia tangga mabahtullah

0 comments

Ada sebuah cerita, seorang sufi besar bernama Abu Bein Azim terbangun di tengah malam. Kamarnya bermandikan cahaya. Di tengah tengah cahaya itu ia melihat sesosok makhluk, seorang Malaikat yang sedang memegang sebuah buku. Abu Bein bertanya: "Apa yang sedang anda kerjakan?" Aku sedang mencatat daftar pecinta Tuhan. Abu Bein ingin sekali namanya tercantum. Dengan cemas ia melongok daftar itu, tapi kemudian ia gigit jari, namanya tidak tercantum di situ. Ia pun bergumam: "Mungkin aku terlalu kotor untuk menjadi pecinta Tuhan, tapi sejak malam ini aku ingin menjadi pecinta manusia". Esok harinya ia terbangun lagi di tengah malam. Kamarnya terang benderang, malaikat yang bercahaya itu hadir lagi. Abu Bein terkejut karena namanya tercantum pada papan atas daftar pecinta Tuhan. Ia pun protes: "Aku bukan pecinta Tuhan, aku hanyalah pecinta manusia". Malaikat itu berkata: "Baru saja Tuhan berkata kepadaku bahwa engkau tidak akan pernah bisa mencintai Tuhan sebelum kamu mencintai sesama manusia".

11.6.08

Mahabah Rabiatul Adawiyah

0 comments

Seorang sufi wanita terkenal dari Bahsrah, Rabi'ah Al- Adawiyah (w. 165H) ketika berziarah ke makam Rasul Saw. pernah mengatakan: "Maafkan aku ya Rasul, bukan aku tidak mencintaimu tapi hatiku telah tertutup untuk cinta yang lain, kerana telah penuh cintaku pada Allah Swt". Tentang cinta itu sendiri Rabiah mengajarkan bahawa cinta itu harus menutup dari segala hal kecuali yang dicintainya. Bukan bererti Rabiah tidak cinta kepada Rasul, tapi kata-kata yang bermakna simbolis ini mengandung erti bahawa cinta kepada Allah adalah bentuk integrasi daripada semua bentuk cinta termasuk cinta kepada Rasul. Jadi mencintai Rasulullah Saw. sudah dihitung dalam mencintai Allah Swt. Seorang mukmin pecinta Allah pastilah mencintai apa apa yang dicintai-Nya pula. Rasulullah pernah berdoa: "Ya Allah kurniakan kepadaku kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu dan kecintaan apa saja yang mendekatkan diriku pada kecintaan-Mu. Jadikanlah Zat-Mu lebih aku cintai daripada air yang dingin."

Selanjutnya Rabiah -yang sangat terpandang sebagai wali Allah kerana kesolehannya- mengembangkan konsep cinta yang menurut hematnya harus mengikuti aspek kerelaan (reda), kerinduan (syauq), dan keakraban (uns). Selain itu ia mengajarkan kita bahawa cinta kepada Tuhan harus mengenepikan dari cinta-cinta yang lain dan harus bersih daripada kepentingan peribadi (dis-interested). Cinta kepada Allah tidak boleh mengharapkan pahala atau untuk menghindarkan siksa, tetapi semata-mata berusaha melaksanakan kehendak Allah, dan melakukan apa yang mampu menyenangkan-Nya, sehingga Ia kita agungkan. Hanya kepada hamba yang mencintai-Nya dengan cara seperti itu, Allah akan menyibukkan dirinya dengan segala keindahannya yang sempurna. Rumusan cinta Rabiah dapat dilihat dalam doa murninya: "Oh Tuhan, jika aku menyembahmu karena takut akan api neraka, maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembahmu kerana berharap surga, maka keluarkanlah aku dari sana; Tapi jika aku menyembahMu karena Engkau semata-mata, maka janganlah engkau sembunyikan keindahan-Mu yang abadi."

Surat Cinta...Dari yang amat mencintaimu

0 comments

Surat Cinta Dari ALLAH SWT . Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada KU, Walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kelmarin ...... Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja ..... AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk .........Disatu tempat, engkau duduk di sebuah kursi selama lima belas minit tanpa melakukan apa-apa pun. Kemudian AKU melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telephone dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan kabar terbaru. AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaKU. Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum menyantap rezeki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya ....... masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari di hadapannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yg ditampilkan. Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKU ......... Saat tidur, KU fikir kau merasa terlalu letih. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun namaKU, kau sebut. Engkau menyedari bahawa AKU selalu hadir untukmu. AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, fikiran atau syukur dari hatimu. Keesokan harinya ...... engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiku sedikit waktu untuk sekadar menyapaKU .......Tapi yang KU tunggu........ tak langsung tiba ...... tak juga kau menyapaKU. Subuh ........ Zuhur ....... Asar ..........Maghrib ......... Isyak dan Subuh kembali, kau masih tidak mengingati AKU.... tak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepadaKU ......... Apa salahKU padamu ...... wahai HAMBAKU..Rezeki yang KU limpahkan, kesihatan yang KUberikan, harta yang KUrelakan, makanan yang KUhidangkan, anak-anak yang KUrahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat KepadaKU............!!!!!!! Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa KU, memohon perlindungan KU, bersujud menghadap KU ...... Yang selalu menyertaimu setiap saat ........


Nota: Ingatlah, Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang, Apakah engkau mahu mendustakan Kesayangan Allah terhadapmu, Kembalilah mengingatiNya, Carilah Dia, Dia Dekat padamu, Hargailah cinta Dia kepadamu..Dia amat mengasihanimu..

Remaja dan Cinta

0 comments

Remaja dan cinta merupakan dua perkara yang bagaikan sudah sebati. Rasa cinta bertandang didalam jiwanya tanpa diundang. Keinginan itu tidak payah dipelajari dan dicari. Lelaki inginkan cinta wanita dan begitulah sebaliknya. Walaupun ia kadangkala ia cuba dilawan, namun rasa 'ajaib' itu datang jua. Apalagi kalau cinta itu disuburkan, maka makin marak dan menggilalah jadinya. Bila cinta mencengkam diri, makan tak kenyang, tidur tak lena dan mandi tak basah dibuatnya. Sedemikian indah dan damainya syurga, namun Nabi Adam a.s berasa kesunyian dan inginkan teman. Lalu Allah ciptakan Siti Hawa dari tulang rusuknya. Dan kita anak cucu pewaris rasa cinta itu akan sentiasa rasa terpisah dan gelisah selagi tidak bersama yang dicintai.


Rasa cinta tidak salah lalu hati remaja selalu berkata, apakah salahnya kami bercinta? Ya, rasa cinta memang tak salah. Ia adalah fitrah semulajadi yang Allah kurniakan kepada setiap manusia. Ingin cinta dan dicintai. Jiwa manusia memerlukan cinta seperti jasadnya perlukan makanan. Oleh kerana cinta adalah fitrah, maka tentulah tidak salah merasainya. Namun Allah tidak kurniakan rasa cinta secara polos begitu sahaja. Dia juga mencipta peraturan cinta demi menjaga kemurniannya. Peraturan inilah yang kerap dilanggar. Rasa cinta tidak salah tetapi kesalahan selalu berlaku sewaktu menjalinkan hubungan cinta. Di sinilah remaja selalu terjebak.

Cinta terlarang adalah cinta yang menafikan peraturan Allah. Ketika itu fitrah telah menjadi fitnah. Bila kehendak semulajadi tidak disalurkan atau diisi mengikut peraturan maka akan berlakulah kekalutan dan kemusnahan. Mengapa perlu ada peraturan cinta? Jawabnya, kerana Allah mencintai manusia. Allah inginkan keselamatan dan kesejahteraan buat manusia melaksanakan keinginan fitrah semulajadinya. Keinginan tanpa peraturan akan menyebabkan banyak kemusnahan. Begitulah hubungan cinta yang terlarang, akan membawa banyak implikasi negatif dalam kehidupan. Pengalaman sudah pun mengajar kita jangan sekali - kali bermain cinta, nanti terbakar diri. Sudah banyak tragedi yang berlaku akibat hubungan cinta yang membelakangkan Allah. Cinta yang terlarang adalah cinta yang sudah dicemari oleh kehendak nafsu dan kepentingan diri. Keindahan cinta yang sudah tercemar ini tidak tahan lama. Sudah dapat yang dihajati, sudah terlaksana apa yang dikejar, cinta akan terkulai dan bersepai.


Hubungan cinta jangan dicemari oleh sebarang tindakan menyalahi syariat. Lebih banyak perlanggaran hukum berlaku, lebih tinggilah risiko kemusnahan yang akan berlaku. Jangan kita tertipu dengan pesona cinta yang dihiasai pelbagai janji dan sumpah setia. Jangan kita mabuk dengan rindu dan asyik yang membuai dan melenakan. Seteguk kita minum dari cinta terlarang, racunnya akan meresap membunuh akal, jiwa, iman dan perasaan. Pada ketika ltulah cinta dikatakan buta. Maka butalah mata hati dan mata kepala hingga seseorang akan menjadi hamba kepada sesiapa yang dicintainya. Ketika itu hati tidak nampak yang lain kecuali yang dicintai. Lupalah diri pada Pencipta cinta kerana terlalu asyik dengan cinta yang dikurniakan-Nya. Bagaimanakah perasaan agaknya, jika seseorang begitu leka dengan hadiah hingga terlupa bersalam dan berterima kasih dengan pemberinya?
Fikir-fikirlah..

10.6.08

Keluasan Cinta

0 comments

Mencintai Allah bukan sebatas ibadah vertikal saja (mahdhah), tapi lebih dari itu ia meliputi segala hal termasuk muamalah. Keseimbangan antara hablun minallah dan hablun minannas ini pernah di tekankan oleh Nabi Saw. dalam sebuah hadits qudsi: "Aku tidak menjadikan Ibrahim sebagai kekasih (khalil), melainkan karena ia memberi makan fakir miskin dan shalat ketika orang-orang terlelap tidur". Jadi cinta kepada Allah pun bisa diterjemahkan ke dalam cinta kemanusiaan yang lebih konkrit, misalnya bersikap dermawan dan memberi makan fakir miskin. Sikap dermawan inilah yang dalam sejarah telah di contohkan oleh Abu bakar, Abdurahman bin Auf, dan sebagainya. Bahkan karena cintanya yang besar kepada Allah mereka memberikan sebagian besar hartanya dan hanya menyisakan sedikit saja untuk dirinya. Mencintai Allah berarti menyayangi anak-anak yatim, membantu saudara saudara kita yang di timpa bencana, serta memberi sumbangan kepada kaum dhuafa dan orang lemah yang lain. Dalam hal ini Rasulullah Saw. pernah bersabda ketika ditanya sahabatnya tentang kekasih Allah (waliyullah). Jawab beliau: "Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, dengan ruh Allah, bukan atas dasar pertalian kerluarga antara sesama mereka dan tidak pula karena harta yang mereka saling beri." Menurut Nurcholish Madjid, yang di tekankan dalam sabda Nabi tersebut adalah perasaan cinta kasih antar sesama atas dasar ketulusan, semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

9.6.08

Tinta & Cinta Buat Seorang Lelaki [Untuk bacaan muslimah]

4 comments

Entah angin apa yang membuai hari ini membuatku begitu berani untuk mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah ku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diri ku kepada sesiapa. Apatah lagi meluahkan sesuatu yang hanya ku khususkan buat mu sebelum tiba masanya.


Kehadiran seorang lelaki yang menuntut sesuatu yang ku jaga rapi selama ini semata-mata buat mu, itulah hati & cinta ku, membuatkan aku tersedar dari lenaku yang panjang. Aku telah dididik ibu sejak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diri ku kerana Allah telah menetapkannya untuk mu suatu hari nanti. Kata ibu, “Tanggungjawab ibu bapa terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil alih tanggungjawab itu dari kami.” Jadi kau telah wujud di dalam diri ku sejak dulu lagi.


Sepanjang umur ku ini, aku menutup pintu hati ku daripada mana-mana lelaki kerana aku tidak mahu membelakangi mu. Aku menghalang diri ku daripada mengenali mana-mana lelaki kerana aku tidak mahu mengenali lelaki lain selain mu, apatah lagi memahami mereka. Kerana itulah aku sedaya kudrat yang lemah ini membatasi pergaulan ku dengan bukan mahram ku. Aku lebih bersifat ‘perumahan’ kerana Rumah itu tempat yang terbaik buat seorang wanita.




Aku sering sahaja berasa tidak selamat diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap mereka, tetapi lebih baik aku berjaga-jaga kerana contoh banyak di depan mata. Apabila terpaksa berurusan dengan mereka, akan ku palingkan wajah ku daripada lelaki yang asyik merenung ku atau cuba menegur ku. Aku seboleh-bolehnya melarikan pendangan ku daripada ajnabi kerana pesan Saidatina Aisyah r.a. “Sebaik-baik wanita itu ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang.


Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di mata mu. Apa guna aku menjadi idaman ramai lelaki sedangkan aku hanya boleh menjadi milik mu seorang. Aku tidak berasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan, berasa terhina diperlakukan sebegitu, seolah-olah aku ini barang yang boleh dimiliki sesuka hati.



Aku juga tidak mahu menjadi punca kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran ku terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat ku berikan. Bagaimana akan ku jawab di hadapan Allah kelak, andai disoal. Adakah itu sumbangan ku kepada manusia selama hidup di muka bumi?


Kalau aku tidak ingin kau memandang wanita lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandangan ku. Aku harus memperbaiki kelemahan dan menghias peribadi ku kerana itulah yang dituntut Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suami ku, aku juga perlu menjadi wanita yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan yang baik untuk lelaki yang baik?


Tidak ku nafikan sebagai remaja aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diri ku bahawa aku perlu menjaga perasaan itu kerana ia semata-mata untuk mu. Allah telah memuliakan seseorang lelaki yang bakal menjadi suami ku untuk menerima hati dan perasaan ku yang suci. Bukan hati yang menjadi lebihan lelaki lain. Lelaki itu berhak mendapat kasih saying yang tulen, bukan yang telah dibahagi-bahagikan.


Diri ku yang sememangnya lemah ini diuji Allah apabila seorang lelaki secara tidak sengaja mahu berkenalan dengan ku. Aku secara keras menolak, berbagai-bagai dalil ku kemukakan, tetapi dia tidak mahu mengalah. Lelaki itu tidak hanya berhenti disitu, dia sentiasa menghubungi dan mengganggu ku. Aku berasa amat tidak tenteram, seolah-olah selutuh kehidupan ku yang ceria selama ini dirampas dari ku.

Aku tertanya-tanya, adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristighfar memohon keampunanNya. Aku juga berdoa’, agar Dia melindungi ku daripada sebarang kejahatan. Kehadirannya membuatkan aku sentiasa memikirkan mu. Kau ku rasakan seolah-olah wujud bersama ku. Di mana sahaja ku berada, akal sedar ku membuat perhitungan dengan mu.


Ku tahu, lelaki yang melamar ku bukan diri mu. Malah aku yakin pada gerak hati, ‘woman intuition’ ku yang mengatakan lelaki itu bukan dirimu. Aku bukanlah gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diri ku ini untuk memilih berlian sedangkan aku hanya sebutir pasir yang wujud di mana-mana.


Namun, aku juga punyai keinginan seperti gadis lain dilamar lelaki yang bakal dinobat sebagai ahli Syurga,memimpin ku ke arah tuju yang satu. Tidak perlu kau Mempunyai wajah seindah Nabi Yusuf a.s. yang mampu mendebarkan jutaan gadis untuk membuat ku terpikat. Andainya kaulah jodoh ku yang telah tertulis di Luh Mahfuz, Allah pasti mencampakkan rasa kasih di dalam hati ku, jua hati mu kali pertama, kita berpandangan. Itulah janji Allah.


Akan tetapi selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu janganlah kau zahirkan perasaan itu kepada ku, kerana kau masih belum berhak untuk berbuat begitu. Juga jangan kau lampaui batasan yang telah ditetapkan syara’.


Aku takut perlakuan itu akan memberi impak yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak. Permintaan ku tidak banyak, cukuplah diri mu yang diinfaqkan seluruhnya pada mencari keredhaan Ilahi. Aku akan merasa amat bertuah andai dapat menjadi tiang seri atau sandaran perjuangan mu.


Bahkan aku amat bersyukur pada Ilahi, kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juang mu, menghulurkan tangan ku untuk mu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.


Akan ku kesat darah dari luka mu dengan tangan ku sendiri. Itu impian ku. Aku pasti berendam air mata darah andainya engkau menyerahkan seluruh cinta mu kepada ku. Bukan itu yang kuimpikan. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hati mu. Kerana dengan mencintai Allah, kau akan mencintai ku keranaNya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta insan biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di Syurga.


Aku juga tidak ingin dilimpahi kemewahan dunia. Cukuplah dengan kesenangan yang telah diberikan ibu bapa ku dulu. Apa guna menimbun harta untuk kemudahan ku sekiranya harta itu akan membuat kau dan aku lupa tanggungjawab mu. Aku tidak akan sekali-kali bahagia melihat mu begitu. Biarlah kita hidup di bawah jaminan Allah sepenuhnya. Itu lebih bermakna bagi ku.

 

Mahabahtullah | Copyright 2009 - Modified by Amin Rox