16.9.08

Mengapa kita mencintai Allah


Marilah sama-sama kita membuat sedikit kesimpulan bahwa Allah SWT Zat yang paling berhak untuk dicintai. Dia lebih patut menjadi labuhan hati berbanding orang tua, orang dicintai, anak, bahkan diri sendiri.

Hal yang paling mudah difahami oleh akal fikiran, mengapa kita hanya patut mencintai-Nya adalah kerana anugerah nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Kenikmatan yang seluruh manusia tenggelam dalam samuderanya, yang mengiringi manusia dalam hirupan nafas dan degup jantungnya, yang disertainya di setiap tempat dan waktu, yang bersama keluasan dan keabadiaannya semata bersumberkan dari Dzat Allah Swt.

Untuk mengingatkan hamba-hamba-Nya akan nikmat ini, Allah Swt berfirman: �Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan menghitungnya ��(An-Nahl:18)

Rasulullah Saw bersabda:

�Cintailah Allah kerana nikmat yang dianugerahkan kepada kalian, cintailah aku kerana cinta kalian kepada-Nya, dan cintailah ahlulbaitku kerana cinta kalian padaku�. (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

Wahai sahabat, apakah patut dan masuk akal jika kita menikmati semua ciptaan-Nya, mulai dari cahaya, indahnya waktu pagi dan petang, harmoninya ciptaan seluruh mahluk nan menakjubkan, bumi dan langit yang bisa dimanfaatkan, sebagaimana firman-Nya, �� yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian��( Al-Baqarah:29)

Dan juga firman-Nya, �� dan menyempurnakan untuk kalian nikmat-Nya lahir dan batin� , tetapi mengapa kita tidak menunaikan syukur dan tidak pula mengerti kadar nilainya?

Apakah tidak berdetik dalam hati kita, bagaimana luas nikmat-Nya dan bertebaran ihsan-Nya, yang kekuasaan-Nya menyilaukan orang yang memandang. Nikmat-Nya adalah keagungan yang tidak dapat dihitung, ilmu yang tiada sebiji atom pun di langit dan di bumi yang tidak dikenalpasti, dan kearifan yang mencermatkan seluruh makhluk yang dicipta-Nya.

Maka berbahagialah orang yang mencium aroma keelokan-Nya dan mampu menangkap cahaya pancaran keindahan-Nya. Berbahagialah orang yang dapat meneguk anggur kenikmatan-Nya meski bercampuran. Memang, seringkali kita menangkap sesuatu namun tidak memahami krbesarannya. Seorang penyair bertutur:

Sesuatu yang sering memabukkan orang,
Adalah sesuatu yang disebutnya sebagai kecantikan,
Namun aku tiada pernah mengerti apakah itu

Sebagian ahli hikmah pernah berkata kepada para muridnya, �seluruh manusia sungguh merindukan Allah. Tahukah kalian mengapa demikian? Itu kerana mereka merindukan kebajikan yang tiada batas, kesempurnaan yang tiada bertepi, keindahan yang tiada terukur. Semua hanyalah ada pada Allah SWT�.

Bukankah matahari, makhluk yang tampak paling menonjol, paling elok, dan paling hebat yang pernah engkau lihat, hanyalah pantulan dari cahaya-Nya?

Sungguh, pada matahari itu tersirat tanda-tanda keagungan, keindahan, keperkasaan, dan kehebatan penciptanya. Kita mampu membaca tanda-tanda keagungan itu di sana. Dengan itu semua kita bersimpuh dan bersujud.

Jika kita mencintai seseorang kerana pemberian dan kebaikannya, kerana akhlak dan sifat-sifat terpujinya, maka sungguh kita lebih patut mencintai sumber nikmat dan kemurahan itu.

Bahkan seandainya mereka telah mampu merasakan betapa nikmat cinta-Nya, maka mereka akan menyibukkan perhatiannya dengan gejolak perasaan ini hingga menjadi pecinta yang menikmati asyiknya memadu kasih.

Mereka yang menjaga dan menghindarkan diri dari buaian syahwat dengan tujuan hanya mendekatkan diri pada Allah.

0 comments:

 

Mahabahtullah | Copyright 2009 - Modified by Amin Rox